RUTINAN MALAM JUMAT SYARH MAULID ADH DHIYYAUL LAAMI DI MAJELIS AL MUWASHOLAH BAINA ULAMA AL-MUSLIMIN

Jakarta, Edu Muwasholah
EDU.ALMUWASHOLAH.COM | Majelis Al Muwasholah Baina Ulama Al-Muslimin mengadakan rutinan setiap malam jumat yang bertempat di Maktab ( kantor pusat ) Jakarta Selatan, Kamis (11/01/2024). Kegiatan Majelis Maulid dan Ilmu ini di Pimpin langsung oleh beliau Al Habib Ahmad Mujtaba Bin Shahab dengan mengkaji syarh kitab Maulid Adh Dhiyyaul Laami karangan Al-‘Allamah Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, kegiatan rutinan malam jumat ini bersifat umum untuk laki-laki yang juga dihadiri oleh jamaah dari wilayah Jabodetabek, serta dapat di saksikan secara langsung melalui channel youtube Muwasholah TV.

Kegiatan rutinan malam jumat yang bertempat di Kantor Majelis Muwasholah Pusat diawali dengan pembacaan Maulid Adh Dhiyyaul Laami yang berisi pujian-pujian yang terangkai dalam bait-bait dan gubahan yang indah, sebagai salah satu ungkapan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Dijelaskan oleh Al Habib Ahmad Mujtaba, bahwa Sholawat dan Pujian kepada Rasulullah termasuk juga dalam Dzikrullah atau mengingat kepada Allah SWT. Baca juga : Maulid & Dauroh Ilmiah bersama Syekh Abdul Aziz Asy Syahrawi

Pada pertemuan ini berada pada fashol terakhir mendekati doa di kitab maulid Adh Dhiyyaul Laami, Al Habib Ahmad Mujtaba menjelaskan bahwa terdapat empat Akhlak mulia Rasulullah yang disebutkan yaitu, Sifat kemuliaan, Sifat pemaaf, Sifat kedermawanan, dan Ketawadhu’an atau sifat kerendahan hati. Dalam bagian bait-bait tersebut dijelaskan bahwa pada masa Rasulullah SAW, terdapat batang kurma yang merintih menangis karena cinta dan rindu kepada Rasulullah, kisah tersebut berawal dari kebiasaan nabi yang ketika khutbah sambil bersandar di batang kurma itu, lantas datanglah seorang perempuan yang anaknya tukang kayu dan menawarkan kepada beliau hendak membuatkan mimbar untuk Nabi. Kemudian Rasulullah tidak menolak tawaran tersebut, karena nabi tidak pernah berkata ‘tidak’, dan sifat tersebut juga diantara sifat mulia Rasulullah SAW. Dan Al Habib Ahmad Mujtaba memberikan nasehat, sifat kemuliaan tersebut sejatinya jangan kita manfaatkan untuk memaksakan kehendak kita, baik kepada guru-guru kita ataupun dengan orang sholeh. Setelah dibuatkan, mimbar tersebut diletakkan disebelah batang kurma yang akhirnya ada sahabat mendengar isak tangis yang kencang sehingga Rasulullah turun dari mimbar dan memeluk batang kurma tersebut sampai mereda tangisnya.

Al Habib Ahmad Mujtaba menerangkan bahwa diantara mukjizat nabi adalah dapat mengeluarkan air di sela-sela jari tangannya. Dalam pembahasan fiqih, tingkatan air-air yang mulia paling pertama adalah air yang keluar dari jari tangannya Rasulullah SAW, yang kedua Air Zam-Zam, yang ketiga Air Telaga Kautsar, dan Air Sungai yang di mulai dari Sungai Nil kemudian Sungai lainnya. Banyak mukjizat nabi yang tak terhitung, namun yang paling agung dan kekal adalah Al-Quran, serta Haditsnya Nabi.

Al Habib Ahmad Mujtaba menjelaskan bahwa Mukjizat merupakan perihal luar biasa yang timbul pada Nabi-nabi karena diluar kemampuan manusia biasa, kalau timbul pada Auliya’ namanya Karomah, kalau timbul di orang biasa yang baik atau muslim yang sholeh namanya Ma’unah atau pertolongan dari Allah, kalau timbul dari orang fasik dan ahli sihir itu namanya Istidroj atau Ihanah. Hakekatnya kekasih Allah bukan mereka yang memiliki Keramat namun mereka yang memiliki Istiqomah menjalin hubungan yang dekat dengan Allah. Al Habib Ahmad Mujtaba juga memberikan nasehat bahwa Keramat yang paling hebat adalah memiliki Akhlak yang mulia dan senantiasa Istiqomah dalam ketaatan. Serta jangan menjadikan keramat sebagai patokan karena Istiqomah itu beribu-ribu lebih mulia daripada Keramat. Dan para Auliya’ itu sejatinya malu jika ditampakkan keramat mereka.

Dalam Bait terakhir dijelaskan mengenai peperangan, yang dimana nabi kadangkala terlibat langsung ataupun mengirimkan utusan, dalam syarh disebutkan bahwa nabi sebanyak 27 kali terlibat dalam peperangan langsung dan mengirimkan utusan sebanyak 47 kali namun ada perbedaan dalam riwayat lain Namun sejatinya kita menyadari bahwa perang itu sebagai perantara bukan target, perantara untuk menyampaikan agama Islam, dan Ulama Sa’id Ramadhan Al Buthi menjelaskan panjang lebar hakekat daripada Jihad tersebut. Lebih susah Jihad melawan hawa nafsu, dalam Syuhdil Kaabir Al Baihaqi terdapat sabda Rasulullah SAW yang artinya “Sungguh kita dari pulang jihad yang kecil, yaitu perang Tabuk, dan kita akan menuju perang yang besar, yaitu perang dengan hawa nafsu”.

Dalam Fashol terakhir sebelum doa, terdapat inti dari semua fashol ini yang berisi doa memohon kepada Allah agar dapat digolongkan dan dikumpulkan dari mereka yaitu bersama Rasulullah,para Sahabatnya, dan para Tabi’in nya sebagai kebaikan dari Allah kepada kita dan karunia-Nya, karena sangat beruntung bagi mereka yang dianggap dari golongan mereka bahwa banggalah jika mendapatkan status hamba (budak) dari mereka.

Dalam akhir kajian kitab tersebut, Al Habib Ahmad Mujtaba bin Shahab berharap agar kelak kita semua mendapat Inayah dari Rasulullah, dan apa yang dibaca dari awal sampai akhir Maulid Adh Dhiyyaul Laami ini menjadi bekal akhirat nanti, dan menjadi sebab-sebab bisa mengenal Rasulullah dan bisa merindu kepada Rasulullah selayaknya kisah rindu batang kurma dan bisa juga meminum air yang keluar dari jemari Rasulullah dan semoga Allah Ta’ala menguatkan dalam berjihad melawan hawa nafsu dan Syahwat serta memenangkan Mujahid di Palestine, Kemudian Al Habib Ahmad Mujtaba mengakhiri Majlis dengan membaca Doa di kitab Maulid Adh Dhiyyaul Laami.

Tayangan lengkapnya klik disini

Related Articles