Hikam Imam Al-Haddad 1: Lingkaran Rahmat dan Lingkaran Hikmah
Hikmah Ke-1
اَلْخَلْقُ مَعَ الْحَقِّ ، لَا يَخْلُو أَحَدٌ مِنْهُمْ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ فِي إِحْدَى الدَّائِرَتَيْنِ : إِمَّا دَائِرَةُ الرَّحْمَةِ ، أَوْ دَائِرَةُ الْحِكْمَةِ . فَمَنْ كَانَ الْيَوْمَ فِي دَائِرَةِ الرَّحْمَةِ ، كَانَ غَدًا فِي دَائِرَةِ الْفَضْلِ . وَ مَنْ كَانَ الْيَوْمَ فِي دَائِرَةِ الْحِكْمَةِ كَانَ غَدًا فِي دَائِرَةِ الْعَدْلِ
Keadaan para makhluk bersama Allah Swt. tidak mungkin lepas dari salah satu dari dua lingkaran:
lingkaran rahmat dan lingkaran hikmah
Siapa yang ketika di dunia berada di lingkaran rahmat niscaya nanti di akhirat berada di lingkaran karunia.
Siapa yang di dunia berada di lingkaran hikmah niscaya nanti di akhirat berada di lingkaran keadilan.
Dalam hikmah ini, Imam al-Haddad membahas di lingkaran mana keberadaan seorang hamba dalam hubungannya dengan Allah. Setiap hamba Allah, baik manusia maupun jin, baik beriman maupun tidak beriman, berada dalam salah satu dari dua lingkaran. Masing-masing lingkaran menentukan status dan masa depan seorang hamba.
Apa maksud dari lingkaran rahmat yang akan membawa seorang hamba di akhirat nanti kepada lingkaran karunia? Dan apa maksud dari lingkaran hikmah yang akan membawa seorang hamba di akhirat nanti kepada lingkaran keadilan?
Ketika seorang yang beriman kepada Allah di dunia diberi taufik untuk melakukan sebuah ketaatan, apakah ia melakukan ketaatan tersebut dengan daya dan upayanya sendiri atau itu merupakan hadiah dari Allah? Bisakah ia melakukan sebuah ketaatan tanpa adanya izin dari Allah? Tentu tidak bisa. Oleh karena itu, inti ketaatan yang dilakukan seorang hamba merupakan karunia dan rahmat dari Allah. Jika Allah mencabut rahmat dan karunia dari hamba tersebut, hamba itu tidak akan mampu melakukan sebuah ketaatan seperti salat ataupun menyebut nama Allah.
Lingkaran rahmat adalah lingkaran ketaatan. Bilamana seorang hamba di dunia diberi rahmat oleh Allah sehingga berada dalam lingkaran ketaatan, di akhirat nanti hamba tersebut berada dalam lingkaran karunia. Hamba tersebut akan masuk ke dalam surga dan mendapatkan kenikmatan. Ketaatan merupakan perintah dari Allah, namun kenikmatan surga yang didapatkan seorang hamba bukan merupakan hasil dari ketaatan yang ia lakukan. Itu murni pemberian Allah. Oleh karena itu, Imam al-Haddad menyebutkan lingkaran bagi orang mendapatkan nikmat surga sebagai lingkaran karunia. Sebab ketaatan yang dilakukan seorang hamba merupakan karunia yang diberikan oleh Allah. Oleh sebab itu, ganjaran yang ia dapatkan di akhirat pun juga merupakan karunia dari Allah.
Adapun yang dimaksud dengan lingkaran hikmah adalah lingkaran bagi orang-orang yang melakukan kemaksiatan dan kekafiran. Imam al-Haddad tidak menggunakan istilah “lingkaran azab” atau “lingkaran kemurkaan”, tetapi ia memilih kata “hikmah” yang berarti ‘pelajaran’. Yang dimaksud dengan kata hikmah atau pelajaran tersebut adalah ketika ada seorang hamba yang bermaksiat, berbuat kekafiran dan jauh dari Allah, orang-orang yang beriman dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari hal tersebut. Oleh karena itu, Imam al-Haddad mengistilahkan orang yang melakukan kemaksiatan, kekafiran, dan jauh dari Allah sebagai orang-orang yang berada dalam lingkaran hikmah.
Orang-orang yang berada dalam lingkaran hikmah saat di dunia, di manakah mereka saat di akhirat kelak? Boleh jadi kita berpikir jawabannya adalah di neraka. Namun, Imam al-Haddad mengatakan bahwa mereka akan berada di lingkaran keadilan. Artinya Allah akan menghisab dan mengadili mereka sesuai dengan perbuatan mereka. Disebut lingkaran keadilan karena ganjaran yang diterima oleh ahli maksiat adalah bentuk keadilan Allah, bukan kezaliman.
Hal ini berbeda dengan orang-orang yang semasa di dunia berada dalam lingkaran rahmat. Di akhirat nanti mereka tidak masuk surga dengan keadilan, tetapi dengan karunia. Sebab, ibadah tidak bisa membuat seseorang masuk surga sebagaimana cerita yang makruf bahwa ibadah seseorang selama 500 tahun tidak dapat mengimbangi nikmat penglihatan yang diberikan Allah.