
Hikam Imam Al-Haddad 19 : Pentingnya Menjaga Rahasia Seseorang
Education AlMuwasholah | Hikmah Ke-19
الْمَؤُوْنَةُ فِي كِتْمَانِ السِّرِّ أَقَلُّ مِنْ الْمَؤُونَةِ فِي تَخَوُّفِ إِفْشَانِهِ ، مِمَّنْ تَطَّلِعُهُ عَلَيْهِ
“Beban dalam menyimpan rahasia lebih ringan daripada beban takut tersebarnya rahasia itu dari orang-orang yang engkau beri tahu tentang rahasia tersebut.”
Pada hikmah kali ini, Imam al-Haddad membahas tentang pentingnya menjaga rahasia seseorang, atau bisa disebut dengan amanah. Ketika ada seseorang yang memberi kita suatu informasi dan meminta agar kita merahasiakannya, kita terbebani dengan informasi rahasia yang ia berikan. Pada saat seperti itu biasanya godaan setan yang kita alami ialah seperti menyebarkan informasi rahasia tersebut kepada beberapa teman khusus. Terkadang secara tidak langsung, orang mengamanatkan kepada kita informasi rahasia, namun menyampaikannya dengan cara berbisik. Itu merupakan tanda bahwa informasi yang diberikan kepada kita bersifat khusus dan ia tidak ingin orang lain tahu akan informasi tersebut. Hal itu seakan-akan orang tersebut memberi kita amanah untuk menjaga informasi tersebut.
Terkadang kita merasa tergoda untuk menyebarkannya karena informasi ini bersifat rahasia. Menyimpan rahasia merupakan beban yang sangat berat bagi kita. Terkadang seorang guru menguji muridnya dengan menjaga rahasia. Apakah murid itu bisa menjaga amanah berupa kabar biasa yang dijadikan rahasia? Suatu ketika Sayidah Fatimah dibisiki Nabi Muhammad ﷺ sehingga membuatnya menangis, kemudian dibisiki lagi oleh Nabi sehingga membuatnya tertawa. Hal itu membuat Sayidah Aisyah bingung dan penasaran sehingga ia bertanya kepada Fatimah, “Apa yang Rasulullah bisikkan kepadamu sehingga membuatmu menangis dan juga tertawa?” Sayidah Fatimah pun hanya terdiam dan enggan menjawab. Hal itu karena ia mengetahui bahwasanya yang dibisikkan oleh Rasulullah bersifat rahasia.
Ketika Rasulullah wafat, Sayidah Aisyah menanyakan kembali kepada Sayidah Fatimah tentang perihal tersebut. Akhirnya diberitahukanlah hal yang membuatnya menangis dan tertawa ketika dibisiki Rasulullah. Sayidah Fatimah berkata, “Waktu pertama kali aku dibisiki Rasulullah, aku diberi tahu bahwasanya hari itu adalah hari terakhir Rasulullah dan pada bisikan yang kedua Rasulullah memberitahukan bahwasanya aku adalah orang yang pertama kali menyusulnya dari keluargaku. Hal itulah yang membuatku menangis dan tertawa.” Rahasia tersebut diberitahukan oleh Sayidah Fatimah ketika Rasulullah sudah wafat karena sudah bukan menjadi rahasia lagi.
Hal yang sama juga dialami oleh Anas bin Malik. Dalam riwayat lain dikatakan bahwasanya kisah ini dialami oleh Bilal bin Rabah. Suatu ketika Rasulullah meminta untuk dibelikan sesuatu yang dipahami sebagai rahasia walaupun pesan tersebut hanya pesan biasa. Setelah itu ia ditanya oleh salah satu istri Rasulullah, “Tadi Rasulullah minta dibelikan apa?” Maka dijawab, “Aku tidak akan memberitahukan kepadamu karena ini rahasia Rasulullah.”
Dari kedua kisah tersebut, dapat dipelajari bahwasanya para sahabat bisa menjaga rahasia. Pada hikmah ini, Imam al-Haddad berusaha untuk mengobati kita ketika kita mendapatkan amanah untuk menyimpan informasi, ketika kita merasakan terbebani dan mencoba untuk menyebarkannya.
Artinya, beban dalam menyimpan suatu rahasia lebih ringan dibandingkan dengan beban takut tersebarnya rahasia itu dari orang-orang yang engkau beri informasi rahasia itu. Ketika ada orang yang memberikan informasi rahasia kepada kita, kita merasa terbebani karena ingin memberitahukannya kepada orang lain. Namun, pada akhirnya kita memberitahukannya kepada orang lain dengan berkata, “Saya mempunyai informasi khusus, tetapi jangan menyebarkannya ke orang lain, ya.” Ketika hal itu terjadi, sebenarnya beban yang kita tanggung lebih besar lagi. Hal itu disebabkan bertambahnya beban yang kita tanggung selain sekadar menjaga rahasia, yaitu takut tersebarnya rahasia tersebut kepada khalayak umum. Ketakutan itu lebih besar dibandingkan dengan menjaga rahasia.
Jika kita pikirkan, apabila kita mendapatkan beban dari orang pertama dan kita memberitahukannya kepada orang lain, kita akan mendapatkan dua beban. Pertama beban atas informasi rahasia dan kedua beban ketakutan orang yang kita beri informasi rahasia tersebut akan menyebarkannya. Jika kita mendapatkan informasi yang bersifat rahasia, sebisa mungkin kita tidak menyebarkannya kepada siapa pun. Jangan sampai kita jatuh kepada beban yang kedua. Cukuplah hanya menanggung satu beban saja.
Salah satu hal yang berbahaya dari tidak amanahnya kita (dalam menjaga rahasia) adalah saling memfitnah. Mungkin pada orang pertama yang kita bukakan rahasia itu, pesan rahasia tersebut belum berubah. Namun, jika sudah sampai ke orang ketiga dan seterusnya, biasanya informasi yang kita simpan akan berubah menjadi pesan lain yang tidak ada hubungannya sama sekali.
Dalam perihal antara guru dan murid, menjaga rahasia adalah suatu hal yang sangat penting. Ada sebuah kisah tentang seorang guru yang terkenal mempunyai doa yang mustajab dengan ismullāh al-a‘zham, yaitu nama-nama Allah tertentu yang apabila digunakan ketika berdoa, doanya akan terkabul. Karena keterkenalannya mempunyai doa yang selalu dikabulkan, datanglah seseorang yang ingin berguru padanya. Gurunya pun berkata, “Engkau mau saya ajari bagaimana cara agar doa mustajab?”
“Ya saya mau.”
“Coba engkau tinggal di sini beberapa bulan.”
Sang guru ingin menguji murid tersebut. Akhirnya tinggallah murid tersebut di rumahnya. Suatu saat sang guru menyuruh sang murid membawa titipan untuk dibawa ke rumah temannya di suatu tempat dengan syarat jangan dibuka bungkusnya. Namun, di tengah jalan, sang murid membukanya karena penasaran dengan bunyi yang berasal dari dalam bingkisan tersebut. Ketika dibuka, sang murid kaget karena isi bingkisan tersebut adalah tikus yang meloncat keluar dari dalamnya. Sang murid pun berusaha mengejarnya dengan harapan bingkisan tersebut dapat sampai ke tujuan tanpa gurunya tahu bahwa bingkisan tersebut telah dibuka olehnya. Namun, hal itu sia-sia karena murid tersebut tidak bisa menangkap tikus itu kembali.
Akhirnya murid itu merasa kebingungan dan kembali kepada gurunya seraya melaporkan apa yang terjadi. Sang guru berkata, “Wahai fulan, saya beri kau amanah tikus saja, engkau tidak bisa menjaganya, apalagi saya beri amanat doa yang mustajab, bagaimana cara engkau menjaganya?” Sang murid kemudian menangis seraya menyadari bahwasanya tidak semudah itu menjaga amanah.
Adapun solusi untuk menjaga amanah adalah dengan mengingat pesan Imam al-Haddad. Jagalah amanah sampai orang yang memberikannya mengizinkan kita untuk menyebarkannya. Menjaga amanah adalah tanda seorang muslim yang sejati karena salah satu tanda orang munafik adalah tidak menjaga amanah yang diberikan kepadanya. Bagi seorang muslim, menjaga amanah adalah harga mati.