Biografi Habib Abdullah bin ‘Alwi Al-Haddad
Sebelum membaca hikmah-hikmah yang ditulis oleh Imam al-Haddad, penting kiranya untuk mengenali terlebih dahulu siapa Imam al-Haddad itu serta makna dari judul kitab Al-Hikam. Hal ini agar kita lebih meresapi kitab tersebut. Banyak orang membaca kitab, tetapi tidak mengenali penulisnya.
Imam al-Haddad terkenal sebagai pengarang Ratib al-Haddad. Imam al-Haddad memiliki nama ‘Abdullah bin ‘Alwi bin Muhammad al-Haddad. Beliau lahir di Tarim pada tahun 1044 H. Imam al-Haddad mengalami ujian sejak bayi. Ibu beliau, Hubabah Salmah al-Habsyi, pernah menceritakan, saat Imam al-Haddad yang masih bayi dibedung, beliau menangis berhari-hari akibat disengat kalajengking gurun berwarna hitam. Pada usia empat tahun, beliau terkena penyakit cacar yang tidak boleh terkena minyak wangi. Namun, suatu ketika kerabat Imam al-Haddad datang dan memakaikan beliau minyak wangi sehingga menyebabkan kebutaan. Dalam sabda Nabi disebutkan bahwa semakin tinggi derajat seseorang, semakin besar pula balanya.
أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الصَّالِحُونَ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
“Orang yang paling dahsyat diberi bala adalah para nabi, kemudian orang-orang saleh, orang yang terdekat derajatnya dengan mereka, dan semisalnya.” (HR Ahmad)
Dikisahkan dalam kitab Ghayatul-Qashdi wal-Murad, manakib Imam al-Haddad yang ditulis Imam Muhammad bin Zain bin Sumaith, ibu Imam al-Haddad sangat menyayangi beliau dan tidak tega melihat keadaan anaknya sehingga ia membawa Imam al-Haddad ke makam waliullah Imam al-‘Aidrus al-Akbar. Di makam tersebut, sang ibu mengutarakan keluh kesahnya, “Wahai Imam, apabila putraku ini nantinya setelah dewasa akan memberi manfaat, biarkan ia hidup, namun kalau tidak memberi manfaat, biarkan dia meninggal saja karena kasihan kalau menderita seperti ini.” Setelah ibunya berkeluh kesah, ada isyarat jawaban dari Imam al-‘Aidrus yang menyatakan bahwa kelak Imam al-Haddad akan memiliki perihal yang agung di masa depannya. Sejak saat itu, ibu Imam al-Haddad merasa tenang.
Kendati Allah Swt. mengambil bashar (penglihatan lahir) Imam al-Haddad, basirah (penglihatan batin) beliau terang benderang. Pada usia sekitar tujuh atau delapan tahun, Imam al-Haddad sudah merutinkan salat Duha 200 rakaat secara berpindah-pindah dari masjid ke masjid. Apabila ada masjid yang masih dikunci, Imam al-Haddad mencari tempat untuk memanjat masuk. Beliau mampu melakukan itu karena memiliki penglihatan batin yang kualitasnya lebih tajam daripada penglihatan lahirnya.
Dikisahkan pula ketika saat Imam al-Haddad mengajar, ada dari jamaah yang dalam hatinya meragukan Imam al-Haddad yang buta. Dipikirnya bagaimana orang buta bisa menguasai ilmu? Saat itu dalam pengajian tersebut dibagikan kopi kepada jamaah sebagaimana kebiasaan pengajian di Hadramaut. Tiba-tiba Imam al-Haddad yang posisinya jauh dari orang yang meragukan tadi berkata, ”Wahai Fulan, awas, di kopimu ada lalat.” Orang tersebut pun terkejut. Beliau dapat melihat itu bukan dengan penglihatan lahir, tetapi dengan lintasan hati. Terdapat hadis qudsi yang menyebutkan keadaan para aulia,
فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ
“Apabila Aku telah mencintai hamba-Ku, Aku mewakilinya dalam pendengarannya, Aku mewakilinya dalam penglihatannya ….” (HR Bukhari)
Imam al-Haddad berguru kepada ulama di Tarim dan juga ulama di Haramain. Di antara guru beliau yang terkenal ialah Habib ‘Umar bin ‘Abdur-Rahman al-‘Attas, pengarang Ratib al-‘Attas. Walaupun pertemuan beliau dengan gurunya ini tidak banyak, Imam al-Haddad dihormati oleh gurunya. Ketika bertemu di Huraidhah, Habib ‘Umar bin ‘Abdur-Rahman al-‘Attas di Huraidhah meminta doa kepada Imam al-Haddad, lalu Imam al-Haddad menolak dan meminta doa dan minta dipakaikan imamah oleh gurunya. Namun, gurunya menolak kecuali Imam al-Haddad memakaikannya imamah terlebih dahulu. Akhirnya, Imam al-Haddad mengikuti perintah gurunya.
Setelah berpisah, Habib ‘Umar bin ‘Abdur-Rahman al-‘Attas ditanya perihal Imam al-Haddad. Ia menjawab, “Tarim turabbi,” artinya, ‘Inilah hasil pendidikan Kota Tarim’. Adapun Imam al-Haddad ketika ditanya pendapatnya perihal gurunya tersebut, beliau menyampaikan bahwa Habib ‘Umar bin ‘Abdur-Rahman al-‘Attas merupakan sosok yang hatinya selalu tertaut pada Allah.
Ketika Imam al-Haddad berusia muda dan sudah memiliki banyak ilmu, banyak orang yang ingin menimba ilmu kepada beliau. Namun, beliau masih ragu untuk memulai berdakwah karena menurutnya dakwah adalah martabat yang tinggi. Kemudian, beliau beberapa hari bermimpi mendapat perintah dakwah dari datuknya, Imam al-Faqih al-Muqaddam. Namun, Imam al-Haddad masih ragu karena khawatir yang dilihatnya dalam mimpi adalah syaitan yang menyerupai. Pada hari-hari berikutnya, beliau bermimpi mendapat perintah dakwah dari Imam al-Muhajir Ahmad bin ‘Isa, Sayidina Ja‘far ash-Shadiq, hingga Imam ‘Ali bin Abi Talib. Namun, beliau tetap ragu. Setelah Rasulullah yang memintanya dalam mimpi, barulah Imam al-Haddad memantapkan diri untuk mulai berdakwah.
Inilah yang menjadikan Imam al-Haddad memiliki asas yang kuat dalam berdakwah sehingga dijuluki Quthbul-Irsyad wad-Da‘wah yang artinya ‘pusat atau sumber pedoman dalam petunjuk dan dakwah’. Dakwah tidak hanya memerlukan pengetahuan dan wawasan, tetapi juga memerlukan izin, entah izin dari guru atau yang lainnya, baik izin umum maupun izin khusus. Pentingnya izin dalam dakwah disebutkan Allah Swt. ketika berfirman tentang Nabi,
وَّدَاعِيًا اِلَى اللّٰهِ بِاِذْنِهٖ وَسِرَاجًا مُّنِيْرًا
“dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya serta sebagai pelita yang menerangi.” (QS Al-Ahzab: 46)
Beliau mulai berdakwah dengan mengajarkan kitab Riyadh ash-Shalihin di Masjid al-Hujairah. Seiring waktu dakwah Imam Al-Haddad terus berkembang. Bahkan, banyak orang yang masuk Islam karena membaca kitab beliau. Hal ini disebabkan kuatnya asas beliau dalam berdakwah. Kitab karangan beliau adalah An-Nashaih ad-Diniyah, Adab as-Suluk al-Murid, Al-Hikam, dan lain-lain. Adapun yang paling banyak mengandung hikmah dan sir adalah Diwan Imam al-Haddad yang berisi kasidah yang menyentuh hati dan dapat membuat orang tercerahkan.