
Hikam Imam Al-Haddad 20 : Tanda Kesempurnaan Akal
Education AlMuwasholah | Hikmah Ke-20
أَدَلُّ دَلِيلٍ عَلَى كَمَالِ عَقْلِ الرَّجُلِ ، ثَنَاؤُهُ عَلَى
أَقْرَانِهِ . وَأَدَلُّ دَلِيلٍ عَلَى تَوَاضُعِهِ رِضَاهُ بِالتَّأْخِيرِ فِي مَوْطِنٍ
يَسْتَحِقُّ فِيهِ التَّقْدِيمُ ، وَأَدَلُّ دَلِيلٍ عَلَى إِخْلَاصِهِ عَدَمُ
الْمُبَالَاةِ بِإِسْخَاطِ الْخَلْقِ فِي جَنْبِ الْحَقِّ
“Sekuat-kuat bukti kesempurnaan akal seseorang adalah ketika ia mau memuji kawan-kawannya. Sekuat-kuat bukti ketawadukan seseorang adalah ketika ia rela diakhirkan manakala ia berhak didahulukan. Sekuat-kuat bukti keikhlasan adalah ketika ia tidak peduli pada kemarahan makhluk selagi ia di sisi yang benar.”
Di sini Imam al-Haddad menjelaskan tentang keikhlasan, ketawadukan, dan kesempurnaan akal. Yang pertama dibahas oleh Imam al-Haddad adalah tentang kesempurnaan akal. Sekuat-kuatnya bukti atas kesempurnaan akal seseorang adalah ketika ia berani untuk memuji teman-temannya; ketika ia mengedepankan temannya dan meredakan egonya; ketika ia mampu memuji teman di depan banyak orang.
Sebenarnya, memuji orang itu hal yang berat. Ketika seseorang mampu menghancurkan hawa nafsunya demi menonjolkan kebaikan temannya, itulah sikap para arifin. Mereka yang mengalihkan kebaikan demi menghancurkan hawa nafsunya, selalu ingin orang lain yang ingin ditampilkan.
Suatu ketika, Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar ditelepon oleh gurunya, Imam ‘Abdul-Qadir bin Muhammad Assegaf, untuk diberi dorongan agar beliau kembali berdakwah. Gurunya berkata, “Wahai Muhammad al-Haddar, siapakah seorang dai yang berhasil dalam dakwahnya?” Imam Haddad menjawab, “Seorang pendakwah yang berhasil adalah orang yang bisa mengajak masuk ke surga dan mengajak orang yang maksiat untuk bertaubat.””
Imam Abdurrahman berkata, “Bukan, itu yang biasa. Itu bukan dai yang berhasil. Dai yang berhasil adalah orang yang memasukkan orang lain ke surga sebelum kita masuk surga.” Inilah pendakwah yang berhasil, yaitu orang yang paling ikhlas. Pendakwah sejati adalah dia yang memasukkan orang lain ke dalam surga sebelum dirinya sendiri.
Selagi masih ada diri kita yang ingin paling menonjol, ingin dipandang, itu berarti akal kita belum sempurna, belum mampu meredam ego, belum dapat mengendalikan apa pun, dan belum berhasil menghancurkan keinginan diri sendiri. Ketika itu, ia belum mampu memandang hakikat tanpa terbawa ego ke kanan atau ke kiri.
Tanda kesuksesan seseorang adalah ia tidak merasa tersaingi oleh kesuksesan orang lain, bahkan ia mau orang lain lebih sukses daripadanya. Jika ada orang yang menghalangi kesuksesan orang lain, itu tanda bahwa ia menutupi kekurangannya, yang artinya akalnya belum sempurna. Kesempurnaan akal diawali dengan kemampuan kita memuji orang lain. Ketika engkau berharap temanmu yang maju dan berharap itu dengan ikhlas dari hati, sesungguhnya yang maju adalah dirimu. Tidak ada ceritanya saling bersaing untuk menjatuhkan karena itu tanda tidak sempurnanya akal.