Hikam Imam Al-Haddad 6: Menjaga Keharmonisan Tanpa Paksaan

Hikmah Ke-6

لَا تَدُوْمُ مَعَ الْكُلْفَةِ أُلْفَةٌ

Keharmonisan tidak akan berkelanjutan apabila diiringi dengan paksaan

Kalimat di atas terkait dengan hubungan pertemanan atau persaudaraan. Keharmonisan itu terjadi dalam suatu hubungan apabila tidak ada faktor pemaksaan atau keterpaksaan. Terkadang suatu hubungan itu dalam interaksinya ada pihak yang memaksa ataupun memaksakan diri sendiri, misalnya memaksakan diri dalam memuliakan.

Contohnya, kita punya teman dekat yang setiap hari berkunjung ke rumah. Kita sebagai tuan rumah tiap hari menyajikan makanan yang enak terus hingga lama-kelamaan kita bosan. Faktor pemaksaan diri inilah yang membuat hubungan tidak berkesinambungan. Seharusnya kita memperlakukan teman kita dengan apa adanya kita. Hal seperti ini akan terasa  lebih nikmat dan memperpanjang keharmonisan hubungan pertemanan.

Ketika ada pemaksaan, rasa gengsi, ketidakenakan, lama-lama itu akan menjadi beban. Mungkin sekarang terasa ringan, namun lama-kelamaan makin bertambah sampai akhirnya kemudian makin berat.

Kalau sekali dua kali kita menyambut sedikit berlebih, mungkin tidak apa-apa, tetapi selanjutnya lebih baik biasa saja. Teman yang sejati akan menerimamu apa adanya. Apabila setelah kita biasa saja, kemudian teman itu malah menjauh dari kita, sebenarnya teman tersebut bukan teman sejati kita karena hubungannya kalau ada maunya atau hanya memanfaatkan kita saja. Kalau pertemanan atau ukhuwah itu ikhlas, tidak ada rasa untuk memanfaatkan atau mengambil untung sepihak dari suatu hubungan itu.
Dikisahkan ada seorang saleh yang bermimpi masuk surga. Dalam mimpinya dia melihat sebuah pintu yang besar, namun sangat jarang orang yang masuk ke pintu itu. Pintu itu ternyata adalah pintu ukhuwwah fillah, pintu persaudaraan karena Allah.  Pintu ini merupakan pintu besar untuk masuk surga, tetapi jarang dimasuki karena memang berat dijalani.

Jadi, nasihat untuk kita ketika berkenalan dengan orang baru, janganlah kita berkenalan karena orang tersebut mempunyai banyak hubungan dengan orang-orang yang dianggap penting ataupun soal duniawi lainnya. Niat kita berhubungan adalah saling mengenal agar nanti di hari kiamat bisa saling menolong apabila salah satunya kondisinya terpuruk. Inilah asas utama dalam persaudaraan. Selanjutnya niatnya bisa ditambah lagi dengan saling menolong dalam kebaikan, misalnya. Kalau tidak seperti itu, sebaiknya tidak usah berkenalan, karena setiap pertemanan atau persaudaraan di dunia yang tidak dilandasi dengan tujuan untuk Allah akan menghasilkan permusuhan di hari kiamat

Disebutkan dalam Al-Qur’an,

اَلْاَخِلَّاۤءُ يَوْمَىِٕذٍۢ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلَّا الْمُتَّقِيْنَ

“Teman-teman akrab pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zukhruf: 67)

 

Source: https://radio.almuwasholah.com/station/ep-5-adat-istiadat-dan-hubungan-harmonis/



Related Articles