
Hikam Imam Al-Haddad 11 : Empat Golongan Murid Terkait Isyarat Gurunya
Education Al Muwasholah | Hikmah Ke-11
مِنَ النَّاسِ مَنْ يَكْتَفِي بِالْإِشَارَةِ عَنْ التَّعْيِيْنِ ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَحْتَاجُ إِلَى التَّصْرِيحِ مَعَ الرِّفْقِ وَاللِّيْنِ ، وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يُجْدِي فِيهِ إِلَّا التَّعْنِيفُ وَالتَّخْشِينُ ، وَمَنْ لَمْ يَنْتَفِعْ بِذَا وَلَا بِذَاكَ ، فَهُوَ مِنَ الشَّيَاطِيْنِ ، وَلِهَؤُلَاءِ الْأَرْبَعَةِ أَمْثَالٌ مِنَ الْبَهَائِمِ . فَمَثَلُ الْأَوَّلِ : مَثَلُ الدَّابَّةِ الْمُذَلَّلَةِ ، تَسْتَغْنِي عَنْ أَنْ تَلْجِمَهَا أَوْ تَضْرِبَهَا وَمَثَلُ الثَّانِي : مَثَلُ الدَّابَّةِ الَّتِي تَكْتَفِي بِالْخِطَامِ دُونَ الضَّرْبِ وَمَثَلُ الثَّالِثِ : مَثَلُ الدَّابَّةِ الَّتِي لَا تَسْتَقِيمُ إِلَّا بِالضَّرْبِ وَالزَّجْرِ وَمَثَلُ الرَّابِعِ : مَثَلُ الدَّابَّةِ الَّتِي إِنْ خَطَمْتَهَا أَوْ ضَرَبْتَهَا اِزْدَادَتْ نُفُورًا .
Sebagian dari manusia ada yang mengerti cukup dengan isyarat, tanpa perlu diberi petunjuk. Sebagian lagi ada yang memerlukan penjelasan dengan lemah lembut. Sebagian lagi ada yang tidak bisa mengerti kecuali dengan teguran dan cara yang keras. Siapa yang tak bisa mengambil manfaat dengan cara ini ataupun cara itu, ia termasuk golongan setan.
Apabila keempat golongan ini diumpamakan seperti binatang, perumpamaan yang pertama seperti seekor binatang yang lemah. Ia tak perlu dikekang ataupun dipukul. Perumpamaan kedua seperti binatang yang hanya perlu diikat, tetapi tidak perlu dipukul. Perumpamaan ketiga seperti binatang yang tidak akan patuh kecuali diberi pukulan dan hardikan. Perumpamaan yang keempat seperti binatang yang jika engkau ikat atau pukul, ia semakin memberontak.
Dalam hikmah ini, Imam al-Haddad menerangkan kriteria manusia dari segi pola pendidikan. Imam al-Haddad membaginya menjadi empat. Yang paling tinggi adalah orang yang tidak perlu ditunjuk. Cukup dengan isyarat, seperti gerakan atau lirikan, ia sudah paham. Ini tingkatan yang luar biasa. Orang yang bisa mengambil manfaat dari gurunya ialah orang yang memahami isyarat gurunya. Orang yang tidak memahami isyarat gurunya, akan susah baginya untuk mengambil manfaat dari perkataan gurunya. Isyarat dari seorang guru adalah kunci untuk memahami maksud perkataannya. Oleh karena itu, penting untuk memahami isyarat dari seorang guru.
Yang kedua adalah yang tidak memahami isyarat sehingga harus diberi penjelasan dengan kelemahlembutan. Golongan ini sudah memahami ketika diberi petunjuk dengan perkataan yang indah dan halus. Mereka sudah dapat menangkap jelas dengan cara ini.
Baca juga : Hikmah Ke-3, Hidup dan Matinya Hati
Adapun bagi golongan ketiga, isyarat ataupun perkataan yang lemah lembut tidak bermanfaat. Jika diberi penjelasan dengan lembut, mereka hanya mentertawakan atau mempermainkannya. Golongan ini perlu dididik dengan cara yang agak keras dan sedikit kasar.
Golongan keempat adalah yang tidak termasuk golongan pertama hingga ketiga. Artinya, baik isyarat, penjelasan yang lembut, maupun cara yang keras, tidak dapat mereka pahami. Imam al-Haddad menyebut golongan ini sebagai golongan setan, artinya golongan ini telah keluar dari area kemanusiawian. Na‘udzu billah min dzalik.
Tiap-tiap golongan ini mempunyai perumpamaan di alam hewan. Hal ini tidak dimaksudkan menyamakan manusia dengan hewan, tetapi terdapat kesamaan di antara keduanya. Perumpamaan golongan pertama seperti hewan yang sangat patuh dan tunduk kepada majikannya, seperti halnya seekor kuda yang tidak perlu dipakaikan berongsong pada mulutnya dan tidak perlu dipukul. Ada hewan yang memahami isyarat majikannya, misalnya seekor kucing yang telah dirawat sejak kecil oleh majikannya.
Perumpamaan golongan kedua seperti seekor kuda yang cukup dipakaikan tali kekang tanpa perlu dipukul. Ketika tali kekangnya ditarik, kuda itu dapat memahami perintah majikannya untuk berlari kencang, berbelok, atau berhenti. Perumpamaan golongan ketiga seperti hewan yang tidak dapat patuh kecuali diberi pukulan atau teguran keras. Terdapat kuda yang ketika ditarik talinya tidak mau berlari. Ketika dipukul sedikit, barulah ia mau berlari. Perlu dicatat bahwa menggunakan cara keras ada batasnya, baik kepada hewan maupun kepada manusia. Adapun perumpamaan golongan keempat seperti hewan yang apabila dipukul menjadi semakin ganas. Hewan ini tidak dapat dibaiki ataupun dipukul.
Perlu diingat bahwa apa yang disampaikan Imam al-Haddad ini tidaklah untuk memvonis orang lain, tetapi untuk memvonis diri kita sendiri. Sebab yang ada di tangan kita bukanlah orang lain, melainkan diri kita sendiri. Didiklah diri sendiri sebelum mendidik orang lain.
Berusahalah menjadikan diri kita berada di tingkatan yang pertama, baik terhadap guru, orang tua, maupun senior. Kemampuan seorang murid menangkap isyarat gurunya merupakan sebuah keberuntungan bagi murid itu sekaligus bagi gurunya. Orang yang memiliki kemampuan ini ada yang murni karena pemberian dari Allah dan ada juga yang karena hasil upayanya. Di antara upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperhatikan murid yang disayangi oleh guru kita. Dengan mendekati murid yang memahami isyarat guru kita, kita dapat belajar banyak darinya.
Pernah suatu kali guru kami di Hadramaut ingin mengambil kitab yang letaknya agak jauh. Sang guru menunduk, lalu menoleh ke arah murid-muridnya, kemudian melihat ke arah kitab. Salah seorang murid pun langsung mengambilkan kitab itu dan membawakan kepada gurunya. Sementara murid-murid yang lain tidak memahami, sang murid yang mengambilkan kitab itu dapat menangkap isyarat itu karena sudah lama duduk bersama gurunya sehingga ia paham betul pola pandangan, lirikan, dan gerak-gerik tangan gurunya.
Tidak ada gerak-gerik yang sia-sia dari seorang guru murabbi. Setiap gerakan dan lirikan murabbi pasti memiliki makna dan dapat diambil pelajarannya, tetapi hanya orang tertentu yang dapat memahaminya. Ini merupakan salah satu kriteria seorang murabbi. Adapun guru yang bukan murabbi, mungkin saja memiliki gerak-gerik yang tidak bermakna.